Wednesday, May 13, 2015

Indahnya Kebersamaan



Saya memiliki 2 orang kakak perempuan, Isro’anah dan Dewi Azzah. Selama ini kami selalu akur dan jarang berselisih paham. Namun bisa dibilang bahwa kami sangat jarang berkumpul bersama-sama dalam waktu yang lama. Tuhan menuntun kami menuju takdir kami masing-masing .
Ketika saya masih kecil, kakak pertama saya dikirim oleh ayah ke pulau Jawa, tempat nenek moyang kami, untuk menuntut ilmu dan menimba pengalaman hidup. Selama empat tahun, ia hidup di Blitar dan bersekolah di MAN Tlogo. Sementara saya dan kakak kedua tinggal bersama ayah dan ibu di kampung. Ada rasa kehilangan, namun untuk meraih cita-cita harus ada pengorbanan yang diberikan.
Belum jua kakak pertamaku kembali ke kampung, kakak kedua juga harus melanjutkan studi di luar daerah. Maklumlah, saat itu di kampung saya belum ada sekolah setingkat SMA/SLTA. Sehingga bila ingin melanjutkan studi, maka harus pergi merantau ke kota. Kakakku masih bersekolah di sekitar Provinsi Gorontalo. Tidak jauh memang, tetapi tetap saja kakakku harus meninggalkan kampung karena tidak memungkinkan untuk pulang balik dari kota ke kampung. Ia bersekolah di SMEA Limboto, saat ini bernama SMKN I Limboto. Ia tinggal dan menumpang di rumah orang yang bersedia memberikan tempat tinggal buat kakakku. Jadilah saya sendirian di rumah tanpa kedua kakak saya. Dan itu berlangsung selama beberapa tahun.
Setelah beberapa tahun, kakak pertama saya kembali. Ada rasa canggung bagi bertemu kembali dengan kakak yang telah lama merantau ke pulau Jawa. Perlu diingat, bahwa saat itu belum ada facebook, twitter, atau sosial media lainnya. alat komunikasi lainnya seperti telepon pun sangat sulit untuk dijangkau, sehingga komunikasi dilakukan dengan menggunakan pos surat, dan itu memakan waktu yang lama untuk sampai di tangan kita. Tak lama setelah kakak pertama berada di rumah, kakak kedua saya ternyata juga ditakdirkan untuk meninggalkan pulau sulawesi dan menuju pulau jawa. Dan kali ini tidak diketahui sampai kapan ia di Jawa.
Ceritanya begini, pemilik rumah tempat kakak kedua saya menumpang sangat menyayangi kakak saya, dan mereka sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri. Kebetulan mereka tidak memiliki anak perempuan sehingga menjadikan kakak saya layaknya anaknya sendiri. Karena tugas dinas, kedua orang tua tersebut dimutasi ke pulau jawa, tepatnya ke tempat asal mereka di pulau jawa. Mereka ingin mengajak kakak saya turut serta ke pulau jawa. Setelah beberapa lama musyawarah dengan ayah, maka kakak pun diizinkan untuk pergi ke jawa timur, merantau dan mencari pengalaman hidup. Hingga saat ini, kakak saya masih di Surabaya. Bisa dikatakan bahwa ia telah menetap di sana, membangun keluarga dan mendapatkan pekerjaan yang mapan. Dalam beberapa tahun sekali ia menyempatkan mudik ke Gorontalo dan bertemu dengan kami.
Setelah beberapa tahun kemudian, giliran saya yang harus meninggalkan kampung halaman dan masuk ke pesantren selama 6 tahun. Hanya pada liburan panjang saja saya bisa kembali ke rumah dan bertemu dengan orang tua dan kakak saya. Ternyata perantauan saya belum cukup di situ, setelah 6 tahun di pesantren saya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan kuliah di Mesir selama 4 tahun. Praktis selama itu pula saya tidak kembali ke tanah air dan berjumpa dengan keluarga. Setelah kembali ke tanah air, saya juga tidak bisa berlama-lama bersama dengan keluarga karena saya harus mengajar di pesantren.  Melihat jalan hidup kami, maka sangat jarang kami dapat berkumpul bersama-sama.
 Namun momen itu akhirnya datang juga, meskipun dengan waktu beberapa hari saja. Setelah beberapa tahun, akhirnya kami dapat berkumpul dalam sebuah  keluarga besar. Kakak-kakak saya dengan pasangan dan anak-anak mereka, beserta saya dan isteri saya. Tentunya ayah dan ibu juga ada. Kebetulan momen itu terjadi pada hari pernikahan saya. Saya merasakan indahnya kebersamaan yang sulit kami dapatkan. Cerita-cerita indah tentang masa lalu mengalir dan menggali memori terdalam kami. Dan entah kapan lagi kami dapat berkumpul seperti ini.
Sangat beruntung orang yang dapat berkumpul dengan orang-orang yang ia cintai dan menghargai kebersamaan itu. Namun sayangnya, masih banyak orang yang dianugerahi kebersamaan dengan orang-orang yang ia sayangi namun tidak menyadari dan menghargai anugerah itu. Kebersamaan itu seakan tak bermakna, dan penyesalan akan datang ketika orang-orang yang kita sayangi pergi meninggalkan kita.
Saya bersyukur meskipun kami jarang bersama, namun kami selalu menghargai waktu kebersamaan kami, dan saya berharap semoga ini akan selalu menjadi pedoman hidup kami.

Gorontalo, 13 Mei 2015

Tulisan ini untukmu Mbak Dewi....


Selamat Ulang Tahun Mbak....

0 comments:

Post a Comment